Sekolah Kita, Sekolahnya Manusia ?

Sekolah Kita, Sekolahnya Manusia ?
Oleh : Endah Tri Kusumawati, M.Pd


Dan tugas manusia selanjutnya pula untuk terus menggali jenis kecerdasan lainnya yang merupakan potensi manusia yang patut untuk diketahui dan optimalkan pengembangan dan pemanfaatannya
(diambil dari Yessy Yanita Sari, artikel Muhammad SAW Inspirator Kecerdasan Majemuk).

Bulan Desember, seperti biasa bulan sibuk bagi SDIT-SDIT untuk mulai mempersiapkan agenda rutin tahunan yaitu kegiatan penerimaan murid baru (PMB). Panitia PMB yang terbentuk seperti biasanya juga mulai menyiapkan strategi-strategi terbaik untuk dapat menarik calon murid. Mulai dari brosur, spanduk, mungkin sampai kelas coba gratis diupayakan menjadi bagian kemasan promosi sekolah. Pernahkah terpikir oleh kita kegiatan rutin ini sangat mungkin menjadi momen untuk bersegera meng'intip' ke sekolah lain dan dengan teknologi ATM (amati, tiru & modifikasi) menjadikannya inovasi bagi sekolah kita. Terlebih menjadi hal yang wajar jika calon orang tua murid pasti bertanya apa kelebihan sekolah kita ? apa yang membedakan dari sekolah lain ? .
Tulisan pada artikel ini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang telah tersampaikan pada artikel pertama (sekolah inovasi) dan kedua (Muhammad SAW Inspirator Kecerdasan Majemuk).

Diawali dari bersemangat dan serunya membaca buku sekolahnya manusia Munif Chatib, terjadi pergulatan refleksi yang menuntut untuk segera dipetakan dan dijawab, ada di mana sekolah kita ? sekolah manusia ? atau jangan-jangan sudah jadi sekolah robot ? sekolah unggulkah ? atau unggul karena memang sudah sewajarnya unggul karena muridnya telah dipilih oleh tes yang beraneka ragam?

Sekolah unggul, mungkin itulah yang selalu kita visikan bersama ketika kita mendapat amanah mengelola sebuah sekolah. Tentu dengan mulai membuatkan definisi dari sekolah unggul yang kita ingin capai, bahkan mungkin secara sistematis kita tuliskan di dalam rencana strategis sekolah kita berikut dengan tahun pencapaian dan indikator keberhasilannya.

Secara umum di masyarakat difahami sekolah unggul adalah sekolah dengan indikator kelulusan ujian nasional yang sangat memuaskan. Dibuktikan dengan perolehan peringkat atas untuk wilayah kota, provinsi bahkan nasional. Dan biasanya pula bahwa siswa disekolah tersebut adalah siswa pilihan.artinya konsep yang ditawarkan adalah the best input dan the best out put.

Membaca buku sekolahnya manusia Munif Chatib seperti menyemangati kita untuk kemudian menoleh ke sekolah kita dan mulai mempertimbangkan tawaran-tawaran yang tertulis di dalam buku. Dikarenakan di buku ini konsep sekolah unggul yang secara umum dipahami telah dibantah dengan menawarkan hal-hal berani di luar kebiasaan umum.

Paling tidak terdapat tiga tawaran menarik dalam buku ini untuk dapat diadopsi dan dikembangkan sebagai bentuk inovasi bagi sekolah kita. Tiga tawaran tersebut adalah konsep sekolah unggul, MIR sebagai alat tes bagi calon siswa, dan penempatan siswa di kelas berdasarkan kecenderungan gaya belajar siswa.

Tawaran pertama yaitu konsep sekolah unggul. Munif Chatif menawarkan sekolah unggul bukanlah sekolah yang berkonsep the best input maka akan the best out put, tetapi the best process maka akan the best out put. Konsekuensi ketika kita akan mengadopsi ini adalah sekolah harus dapat menjaminkan mutu standar proses pembelajarannya. Untuk menjalankan hal tersebut sekolah dapat membuat sebuah prosedur yang mengatur, mengawasi, mendampingi, mengevaluasi dan menyarankan kepada guru sebagai fasilitator pembelajaran dari proses merencanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.

Tawaran kedua yaitu multiple intelligences research (MIR) sebagai alat tes bagi calon siswa. Hasil tes bukanlah untuk menentukan seorang anak diterima atau tidak diterima sebagai siswa di sebuah sekolah. Hasil tes dan wawancara berupa grafik potensi kecerdasan majemuk siswa dan narasi saran pelayanan yang dapat diberikan sekolah kepada siswa untuk mengoptimalkan kecerdasannya. Hasil tes merupakan informasi penting bagi sekolah untuk penempatan siswa di dalam kelas. Informasi juga dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pelayanan terbaik agar pengalaman belajar yang didapat sesuai dengan kecenderungan gaya belajarnya.

Tawaran ketiga yaitu siswa dibagi dalam kelas sesuai dengan kecenderungan gaya belajarnya. Konsekuensi dari hal tersebut adalah jumlah siswa di setiap kelas tidak sama tetapi bergantung hasil tes MIR dan wawancara calon siswa. Kelebihan dari pengelompokkan ini adalah sekolah dan guru sangat mudah karena dapat merencanakan dan memilih kegiatan pembelajaran sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa di kelas tersebut sehingga siswa memiliki pengalaman belajar bermakna. Perencanaan dan pemilihan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa akan menjadikan proses menerima, mengolah, menyimpan dan menyampaikan kembali pada siswa akan menjadi optimal. Dan dengan guru yang menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa maka keinginan untuk mengembangkan potensi kecerdasan majemuk siswa semakin terbuka.

Lalu ....di mana sekolah kita hari ini ? Bersemangat mengadopsinya ? tantangan apa yang mungkin kita hadapi ? Peluang yang dapat kita manfaatkan untuk menjawab ancaman yang ada? Inovasi seperti apa yang dapat kita buat untuk sekolah kita ?Tentu semuanya pasti memiliki jalan, selama ada niat yang baik, dilakukan dengan cara-cara yang baik, maka hasilnya Insya Allah akan luar biasa.

Sumber : http://jsit.web.id/

1 komentar: